MAKALAH
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)
Di Ajukan Sebagai Tugas
Mata Kuliah
Dasar Teknik Elektro
Dasar Teknik Elektro
Oleh:
Firwan Dani
Nim: 180150003
KEMENTERIAN RISET
TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
KATA PENGANTAR
Puji Syukur
penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan Rahmat serta karunia-Nya kepada
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah berikan dan bisa menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Makalah ini di buat dengan tujuan supaya
bisa mengenal elemen pada panel surya serta bisa mengetahui keuntungan dan kerugiannya serta perbandingannya denger energy yang
dihasilkan misalnya seperti: PLN, Generator listik, PLTA dll. Dan yang pastinya kita lebih bisa lebih jauh
dan
lebih baik pengenalannya untuk
menambah ilmu pengetahuan baik dari segi cara
kerja, serta pengaplikasiannya dalam keidupan
sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh sebab
itu kritik dan saran
akan
penulis terima
demi perbaikan untuk dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penulis sendiri maupun
bagi
para pembaca sebagai tambahan wawasan .
Lhokseumawe, 10 Oktober
2018
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul .....................................................................................................i
Kata Pengantar ....................................................................................................ii
Daftar Isi ..............................................................................................................iii
Kata Pengantar ....................................................................................................ii
Daftar Isi ..............................................................................................................iii
2.1. Sejarah Solar Cell 3
2.4.1. Monocrystalline
.............................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu Negara yang
terletak pada garis khatulistiwa. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah
satu Negara tropis di dunia. Sebagai Negara tropis, Indonesia memiliki
intensitas paparan sinar Matarhari yang tinggi. Indonesia juga salah satu
Negara berkembang, karena masih banyak kelebihan sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan tetapi tidak dimanfaatkan. Selain itu, masih banyak masyarakat
pedalaman yang terisolasi belum tersentuh dan mengenal listrik. Banyak
masyarakat yang tertinggal jauh akan kemajuan teknologi yang ada. Teknologi
yang dapat merubah sinar Matahari sebagai sumber energy listrik atau kita biasa
mengenalnya dengan solar cell, berkembang pesat. Dengan dikaruniai intensitas
sinar Matahari yang tinggi harusnya membuat Indonesia mengembangkan teknologi
solar cell sendiri.
1.
Bagaimana tenaga surya yang Indonesia punya dimanfaatkan menjadi potensi
pambangkit listrik?
2.
Bagaimana prinsip kerja Sel Surya?
3.
Bagaimana efisiensi dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya?
Tujuan ditulisnya
makalah ini selain untuk memenuhi tugas kelimapada maka kuliah Energi
Terbarukan dan Smartgrid, penulis berharap makalah ini dapat menjadi acuan
untuk pembaca bahwa pembangkit listrik tenaga surya dapat diterapkan di
Indonesia karena Negara Indonesia memiliki intensitas sinar Matahari yang
tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai energy terbarukan.
1.4. Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan makalah penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini
adalah berupa study literature. Pada
makalah ini literature yang digunakan berasal dari internet, dengan cara
melakukan pencarian pada Search Engine (Google) mengenai pembangkit listrik
tenaga surya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Solar Cell
Tenaga
listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre –
Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini
merupakan cikal bakal teknologi solar cell. Percobaannya dilakukan dengan
menyinari 2 elektrode dengan berbagai macam cahaya. Elektrode tersebut di balut
(coated) dengan bahan yang sensitif terhadapcahaya, yaitu AgCl dan AgBr dan
dilakukan pada kotak hitam yang dikelilingi dengan campuran asam. Dalam
percobaanya ternyata tenaga listrik meningkat manakala
intensitascahaya meningkat. Selanjutnya penelitian dari Bacquerel
dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang insinyur Inggris
Willoughby Smith menemukan Selenium sebagai suatu elemen photo conductivity.
Kemudian tahun 1876, William Grylls dan Richard Evans Day membuktikan bahwa
Selenium menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan cahaya matahari.
Hasil penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari
secara langsung menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas. Sehingga
disimpulkan bahwa solar cell sangat tidak efisien dan tidak dapat digunakan
untuk menggerakkan peralatan listrik.
Tahun 1894 Charles Fritts membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu suatu bahan semi conductor (selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat efisiensi yang dicapai baru 1% sehingga belum juga dapat dipakai sebagai sumber energi, namun kemudian dipakai sebagai sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein mempublikasikan tulisannya mengenai photoelectric effect. Tulisannya ini mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket atau “quanta of energi” yang sekarang ini lazim disebut “photon.” Teorinya ini sangat sederhana tetapi revolusioner. Kemudian tahun 1916 pendapat Einstein mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh percobaan Robert Andrew Millikan seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia mendapatkan Nobel Prize untuk karya photoelectric effect. Tahun 1923 Albert Einstein akhirnya juga mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang menerangkan photoelectric effect yang dipublikasikan 18 tahun sebelumnya.
Hingga tahun 1980 an efisiensi dari hasil penelitian terhadap solar cell masih sangat rendah sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik. Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang Australia mengendarai mobil bertenaga surya pertama untuk jarak 4000 km dalam waktu 20 hari dengan kecepatan maksimum 72 km/jam. Tahun 1985 University of South Wales Australia memecahkan rekor efisiensi solar cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun 2007 University of Delaware berhasil menemukan solar cell technology yang efisiensinya mencapai 42.8% Hal ini merupakan rekor terbaru untuk “thin film photovoltaicsolar cell.” Perkembangan dalam riset solar cell telah mendorong komersialisasi dan produksi solar cell untuk penggunaannya sebagai sumber daya listrik.
Tahun 1894 Charles Fritts membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu suatu bahan semi conductor (selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat efisiensi yang dicapai baru 1% sehingga belum juga dapat dipakai sebagai sumber energi, namun kemudian dipakai sebagai sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein mempublikasikan tulisannya mengenai photoelectric effect. Tulisannya ini mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket atau “quanta of energi” yang sekarang ini lazim disebut “photon.” Teorinya ini sangat sederhana tetapi revolusioner. Kemudian tahun 1916 pendapat Einstein mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh percobaan Robert Andrew Millikan seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia mendapatkan Nobel Prize untuk karya photoelectric effect. Tahun 1923 Albert Einstein akhirnya juga mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang menerangkan photoelectric effect yang dipublikasikan 18 tahun sebelumnya.
Hingga tahun 1980 an efisiensi dari hasil penelitian terhadap solar cell masih sangat rendah sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik. Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang Australia mengendarai mobil bertenaga surya pertama untuk jarak 4000 km dalam waktu 20 hari dengan kecepatan maksimum 72 km/jam. Tahun 1985 University of South Wales Australia memecahkan rekor efisiensi solar cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun 2007 University of Delaware berhasil menemukan solar cell technology yang efisiensinya mencapai 42.8% Hal ini merupakan rekor terbaru untuk “thin film photovoltaicsolar cell.” Perkembangan dalam riset solar cell telah mendorong komersialisasi dan produksi solar cell untuk penggunaannya sebagai sumber daya listrik.
2.2.
Prinsip Kerja Solar Cell
Sel surya adalah dioda semikonduktor yang dapat mengubah cahaya menjadi listrik dan merupakan komponen utama dalam sistem PLTS.
Sel surya adalah dioda semikonduktor yang dapat mengubah cahaya menjadi listrik dan merupakan komponen utama dalam sistem PLTS.
Gambar
2.1 Sel Surya
sebagai Komponen Utama PLTS
Selain terdiri atas
modul-modul sel surya, komponen lain dalam sistem PLTS adalah Balance of
System (BOS) berupa inverter dan kontroller. PLTS sering dilengkapi dengan
batere sebagai penyimpan daya, sehingga PLTS dapat tetap memasok daya listrik
ketika tidak ada cahaya matahari.
Pembangkitan energi listrik
pada sel surya terjadi berdasarkan efek fotolistrik, atau disebut juga efek
fotovoltaik, yaitu efek yang terjadi akibat foton dengan panjang gelombang
tertentu yang jika energinya lebih besar daripada energi ambang semikonduktor,
maka akan diserap oleh elektron sehingga elektron berpindah dari pita valensi
(N) menuju pita konduksi (P) dan meninggalkan hole pada pita valensi,
selanjutnya dua buah muatan, yaitu pasangan elektron-hole, dibangkitkan. Aliran
elektron-hole yang terjadi apabila dihubungkan ke beban listrik
melalui penghantar akan menghasilkan arus listrik.
Apakah pada kalkulator
bertenaga surya atau stasiun ruang angkasa internasional, panel surya (solar
panel) yang digunakan menghasilkan listrik menggunakan prinsip yang relatif
sama. Elemen dasar panel surya adalah unsur
yang juga digunakan untuk menciptakan revolusi komputer yaitu silikon murni.
Ketika dilucuti dari semua pengotor, silikon menjadi sebuah platform netral
yang ideal untuk transmisi elektron. Atom silikon memiliki tempat untuk delapan
elektron dalam kulit terluarnya, tetapi hanya membawa empat elektron dalam
keadaan alami.Ini berarti terdapat tempat bagi empat elektron lagi. Jika salah
satu atom silikon kontak dengan atom silikon lain, masing-masing atom akan
menerima empat elektron dari atom lain. Kondisi ini akan menciptakan ikatan
yang kuat, tetapi tidak ada muatan positif atau negatif karena delapan elektron
memenuhi kebutuhan atom silikon yang berikatan. Atom silikon dapat saling
terikat dalam waktu lama untuk menghasilkan lempeng besar silikon murni yang
antara lain digunakan sebagai bahan panel surya. Dua lempeng silikon murni
tidak akan menghasilkan listrik karena tidak memiliki muatan positif
atau
negatif.
Gambar 2.2 Solar panel diagram
Panel surya dibuat dengan
menggabungkan silikon dengan unsur-unsur lain yang memiliki muatan positif atau
negatif. Fosfor, misalnya, memiliki lima elektron yang bisa ditawarkan ke atom
lain. Jika digabungkan secara kimia, silikon dan fosfor akan menghasilkan
delapan elektron stabil dengan masih memiliki satu elektron bebas. Elektron
bebas ini tidak bisa pergi karena terikat pada atom fosfor, namun tidak
diperlukan oleh silikon. Oleh karena itu, lempeng silikon-fosfor ini lantas
bermuatan negatif. Namun, agar listrik mengalir, muatan positif juga harus
tersedia. Hal ini dicapai dengan menggabungkan silikon dengan unsur seperti
boron, yang hanya memiliki tiga elektron untuk ditawarkan. Sebuah lempeng
paduan silikon-boron masih memiliki satu tempat tersisa untuk elektron lain.
Ini berarti lempeng tersebut memiliki muatan positif. Dua lempeng negatif dan
positif diatas diletakkan berdekatan dalam panel surya, dengan kabel konduktif
menghubungkan antar panel surya.
Lantas apa peran matahari?
Sinar matahari memiliki banyak partikel energi yang berbeda, dengan salah
satunya disebut foton. Pada panel surya, foton bertindak seperti palu. Ketika
pelat negatif sel surya ditempatkan pada sudut yang tepat terhadap matahari,
foton akan membombardir atom silikon-fosfor. Akhirnya, elektron ke-9 pada pelat
silikon-fosfor menjadi bebas. Elektron bebas ini lantas ditarik oleh pelat
silikon-boron untuk mengisi satu tempat kosong yang
mereka miliki. Seiring foton memutus lebih banyak elektron, listrik lantas dihasilkan.
Listrik yang dihasilkan oleh satu sel surya mungkin tidak mengesankan, tetapi
ketika banyak panel surya saling dihubungkan, listrik yang dihasilkannya cukup
untuk menghidupkan motor atau peralatan elektronik lainnya. Salah satu kendala
utama panel surya adalah hanya sejumlah kecil listrik yang bisa dihasilkan
dibandingkan dengan ukurannya. Kalkulator mungkin hanya memerlukan
sel surya tunggal, tetapi mobil bertenaga surya akan membutuhkan beberapa ribu.
Jika sudut panel surya berubah sedikit saja, efisiensi bisa turun hingga 50
persen. Sebenarnya, sebagian daya dari panel surya dapat disimpan dalam
baterai, tetapi biasanya tidak banyak kelebihan daya yang tersisa. Selain
menyediakan foton, sinar matahari juga memancarkan sinar ultraviolet dan
gelombang inframerah yang bisa merusak panel surya. Panel surya yang terpapar
cuaca juga akan mengalami penurunan kinerja dan bisa mempengaruhi efisiensi.
2.3.
Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Untuk instalasi listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik, diperlukan komponen sebagai berikut:
Untuk instalasi listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik, diperlukan komponen sebagai berikut:
Solar
panel mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon (disebut
juga solar cells) yang disinari matahari/ surya, membuat photon yang
menghasilkan arus listrik. Sebuah solar cells menghasilkan kurang lebih
tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36
sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan maksimun)
Apa
arti Solar Cell 50 WP ?
Solar cell 50 wp artinya solar cell tersebut mempunyai 50 watt peak ( pada saat matahari terik )
Peak 1 hari di asumsikan 4,5 jam (hitungan aman adalah 4 jam)
sehingga 50 x 4,5 = 225 watt hour / day
itu kapasitas maksimal untuk pemakaian 1 hari.
Solar cell 50 wp artinya solar cell tersebut mempunyai 50 watt peak ( pada saat matahari terik )
Peak 1 hari di asumsikan 4,5 jam (hitungan aman adalah 4 jam)
sehingga 50 x 4,5 = 225 watt hour / day
itu kapasitas maksimal untuk pemakaian 1 hari.
Total penggunaan daya per day adalah 225 watt hour
Lampu teras 5 watt x 12 jam = 60 watt hour/ day
Gambar
2.3 Panel surya
Lampu kamar tidur 11 watt x 5 jam = 55 watt hour hour / day
Lampu kamar tidur 11 watt x 5 jam = 55 watt hour hour / day
Lampu
ruang tamu 11 watt x 5 jam = 65 watt hour / day
Lampu kamar mandi 5 watt x 4 jam = 20 watt hour / day
total = 200 watt / day
Lampu kamar mandi 5 watt x 4 jam = 20 watt hour / day
total = 200 watt / day
masih ada sisa 225 – 200 = 25 watt / day
Cara kerja charger
controller Pada waktu solar panel mendapatkan energy dari
cahaya matahari di siang hari, rangkaian charger controller ini otomatis
bekerja dan mengisi (charge ) battery dan menjaga tegangan battery agar tetap
stabil .
Contoh.
Bila kita
menggunakan battery 12V, maka rangkaian ini akan menjaga agar tegangan charger
12 10% , tegangan charger yang di butuhkan antara 13,2 – 13,4 Volt.
dan bila sudah mencapai tegangan tersebut,
rangkaian ini otomatis akan menghentikan proses pengisian battery tersebut.
Sebaliknya apabila tegangan battery turun / drop
hingga 11 Volt , maka controller akan memutus tegangan sehingga battery tidak
sampai habis.
Gambar 2.4 Charger Control
Fungsi battery adalah sebagai tempat untuk
menyimpan daya (power storage).
Untuk battery yang digunakan sebaiknya menggunakan
battery gel atau yang selama ini kita kenal dengan istilah battery kering.
Battery gel ini adalah yang paling direkomendasikan
untuk digunakan pada applikasi solar system. Kelemahannya adalah harganya yang
mahal.
Gambar 2.5 Battery
Baterai
adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC - direct
current) menjadi tegangan bolak balik (AC - alternating current).Alat ini tidak
diperlukan untuk beban yang hanya membutuhkan tegangan searah.
Gambar 2.6 Inverter / Converter
Ditinjau
dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya,
yaitu sel surya berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan
amorf. Ketiga tipe ini telah dikembangkan dengan berbagai macam variasi bahan,
misalnya silikon, CIGS, dan CdTe.Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel
surya dibedakan menjadi sel surya generasi pertama, kedua, dan ketiga. Generasi
pertama dicirikan dengan pemanfaatan wafer silikon sebagai struktur
dasar sel surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk
menghasilkan lapisan tipis (thin film) yang dapat berperilaku sebagai
sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh pemanfaatan teknologi bandgap
engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi tinggi dengan konsep
tandem atau multiple stackes. Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama,
yakni sekitar 90% (2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan
kelak akan mendapatkan pangsa pasar yang makin besar. European Photovoltaic
Industry Association (EPIA) memperkirakan pangsa pasar thin film akan
mencapai 20% pada tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini masih
dalam tahap riset dan pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.
Jenis-jenis sel surya digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya. Secara garis besar sel surya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
Jenis-jenis sel surya digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya. Secara garis besar sel surya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
2.4.1.
Monocrystalline
Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis. Kira-kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu singkong diiris tipis-tipis, untuk menghasilkan kepingan-kepingan keripik yang siap digoreng. Itu singkong yang mudah diiris tipis-tipis, beda dengan kristal silikon murni yang membutuhkan teknologi khusus untuk mengirisnya menjadi kepingan-kepingan kristal silikon yang tipis.
Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis. Kira-kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu singkong diiris tipis-tipis, untuk menghasilkan kepingan-kepingan keripik yang siap digoreng. Itu singkong yang mudah diiris tipis-tipis, beda dengan kristal silikon murni yang membutuhkan teknologi khusus untuk mengirisnya menjadi kepingan-kepingan kristal silikon yang tipis.
Dengan teknologi seperti ini, akan dihasilkan
kepingan sel surya yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga
menjadi sel surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya lainnya,sekitar 15%-20%.
Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi yang digunakan, menyebabkan mahalnya harga jenis sel surya ini dibandingkan jenis sel surya yang lain di pasaran. Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini umumnya berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari bentuk batangan kristal silikonnya, seperti terlihat pada gambar berikut.
Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi yang digunakan, menyebabkan mahalnya harga jenis sel surya ini dibandingkan jenis sel surya yang lain di pasaran. Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini umumnya berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari bentuk batangan kristal silikonnya, seperti terlihat pada gambar berikut.
Keterangan
gambar:
1. Batangan kristal silikon murni
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya monocrystalline. Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya jenis ini.
1. Batangan kristal silikon murni
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya monocrystalline. Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya jenis ini.
Gambar 2.7 jenis Solar Cell Monocrystalline
2.4.2. Polycrystalline
Jenis ini terbuat dari beberapa batang
kristal silikon yang dilebur / dicairkan kemudian dituangkan dalam cetakan yang
berbentuk persegi. Kemurnian kristal silikonnya tidak semurni pada sel surya
monocrystalline, karenanya sel surya yang dihasilkan tidak identik satu sama
lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar 13% - 16% .
Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya. Bentuknya yang
persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan tidak akan ada
ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada panel surya monocrystalline di
atas. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding monocrystalline, karenanya
harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak dipakai saat ini.
Gambar 2.8 jenis Solar Cell Polycrystalline
2.4.3.
Thin Film Solar Cell (TFSC)
Jenis
sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa lapisan
material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis ini
sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel.
Jenis ini dikenal juga dengan nama TFPV (Thin
Film Photovoltaic).
Gambar 2.9 jenis Solar Cell Thin Film Solar Cell (TFSC)
Berdasarkan materialnya, sel surya thin film
ini digolongkan menjadi:
A. Amorphous Silicon (a-Si) Solar Cells.
A. Amorphous Silicon (a-Si) Solar Cells.
Sel surya dengan bahan Amorphous Silicon ini,
awalnya banyak diterapkan pada kalkulator dan jam tangan. Namun seiring dengan
perkembangan teknologi pembuatannya penerapannya menjadi semakin luas. Dengan
teknik produksi yang disebut "stacking" (susun lapis), dimana
beberapa lapis Amorphous Silicon ditumpuk membentuk sel surya, akan memberikan
efisiensi yang lebih baik antara 6% - 8%.
B. Cadmium Telluride (CdTe) Solar Cells.
B. Cadmium Telluride (CdTe) Solar Cells.
Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium
Telluride yang memiliki efisiensi lebih tinggi dari sel surya Amorphous Silicon,
yaitu sekitar: 9% - 11%.
B. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.
B. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.
Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film
di atas, CIGS sel surya memiliki efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% -
12%. Selalin itu jenis ini tidak mengandung bahan berbahaya Cadmium seperti
pada sel surya CdTe.
Teknologi produksi sel surya thin film ini
masih baru, masih banyak kemungkinan di masa mendatang. Ongkos produksi yang
murah serta bentuknya yang tipis, ringan dan fleksibel sehingga dapat
dilekatkan pada berbagai bentuk permukaan, seperti kaca, dinding gedung dan
genteng rumah dan bahkan tidak menutup kemungkinan kelak dapat dilekatkan pada
bahan seperti baju kaos.
Energi baru dan yang
terbarukan mempunyai peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan energi.
Hal ini disebabkan penggunaan bahan bakar untuk pembangkit-pembangkit listrik
konvensional dalam jangka waktu yang panjang akan menguras sumber minyak bumi,
gas dan batu bara yang makin menipis dan juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Salah satunya upaya yang telah dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS). PLTS atau lebih dikenal dengan sel surya (sel fotovoltaik) akan
lebih diminati karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang relevan dan
di berbagai tempat seperti perkantoran, pabrik, perumahan, dan lainnya. Di
Indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi matahari sangat
besar dengan insolasi harian rata-rata 4,5 - 4,8 KWh/m² / hari. Akan tetapi
energi listrik yang dihasilkan sel surya sangat dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari yang diterima oleh sistem.
Dalam merencanakan
pembangunan PLTS terlebih dahulu diperhitungkan beban dari PLTS sehingga kita
dapat menghitung kapasitas listrik tenaga surya yang akan dibangun. Berikut
ini merupakan contoh perhitungan beban pada perumahan tipe 36 sebanyak 10
unit rumah.
Asumsi rugi-rugi (losses) pada sistem dianggap sebesar 15%, karena keseluruhan komponen sistem yang digunakan masih baru (Mark Hankins, 1991: 68).
Total
energi sistem yang disyaratkan adalah sebesar :
ET
= EA + rugi-rugi system ET : Energi
total termasuk rugi-rugi yang diperhitungkan
=
EA + (15% x EA)
EA : Energi total tanpa rugi-rugi
=
51860 WH + (15% x 51860WH)
=
59639 WH
Jadi total energi sistem yang disyaratkan sebesar 59639
WH
2.5.1. Perhitungan
Kapasitas Daya Modul Surya
Kapasitas
daya modul sel surya dapat diperhitungkan dengan memperhatikan beberapa faktor,
yaitu kebutuhan energi sistem yang disyaratkan, insolasi matahari, dan faktor
penyesuaian (adjustment factor). Kebutuhan energi sistem hasil
perhitungan, yaitu sebesar 59639 WH. Insolasi matahari bulanan yang terendah
adalah pada bulan Januari yaitu 3,91 (sumber BMG, BPPT). Diambil data insolasi
matahari yang terendah agar PLTS dapat memenuhi kebutuhan beban setiap saat.
Berikut merupakan tabel insolasi matahari untuk daerah Jakarta dalam kurun
waktu satu tahun.
No
|
BULAN
|
INSOLASI MATAHARI
|
1
|
JANUARI
|
3.91
|
2
|
FEBRUARI
|
4.03
|
3
|
MARET
|
4.48
|
4
|
APRIL
|
4.62
|
5
|
MEI
|
4.37
|
6
|
JUNI
|
4.17
|
7
|
JULI
|
4.44
|
8
|
AGUSTUS
|
4.48
|
9
|
SEPTEMBER
|
5.05
|
10
|
OKTOBER
|
4.85
|
11
|
NOVEMBER
|
4.43
|
12
|
DESEMBER
|
4.21
|
13
|
rata-rata
|
4.42
|
Tabel Insolasi Matahari
Faktor
penyesuaian pada kebanyakan instalasi PLTS adalah 1,1 (Mark Hankins, 1991 Small
Solar Electric System for Africa page 68). Kapasitas daya modul surya yang
dihasilkan adalah:
Kapasitas
Daya Modul Surya = ( ET / insolasi matahari ) x faktor
penyesuaian
= ( 59639 / 3.91 )
x 1.1
= 16702.27 ≈ 16800 WP
Besarnya
kapasitas daya modul surya 16800 watt peak.
Satuan
energi (dalam WH) dikonversikan menjadi Ah yang sesuai dengan satuan kapasitas
baterai sebagai berikut:
AH = ET/Vs
AH : kapasitas AH yang dibutuhkan
= 59639 Wh / 24h
ET : Energi total termasuk rugi-rugi
= 2484,95 AH
yang diperhitungkan
Hari
otonomi yang ditentukan adalah satu hari, jadi baterai hanya menyimpan energi
dan menyalurkannya pada hari itu juga. Besarnya deep of discharge (DOD)
pada baterai adalah 80% (Mark Hankins, 1991: 68).
Kapasitas
baterai yang dibutuhkan adalah:
Cb = (AH x d) / DOD
Cb : kapasitas batrei
= (2484.95
x 1) / 0.8 AH :
kapasitas AH yang dibutuhkan
= 3107 AH
d : day (hari)
2.5.2. Perhitungan
Kapasitas Battery Charge Regulator (BCR)
Beban
pada sistem PLTS mengambil energi dari BCR. Kapasitas arus yang mengalir pada
BCR dapat ditentukan dengan mengetahui beban maksimal yang terpasang. Beban
maksimal yang terjadi pada sore hari adalah 4750 watt pukul 17.00. Dengan beban
maksimal tegangan sistem adalah 24 volt maka kapasitas arus yang mengalir di
BCR:
I
maks = P maks / Vs
= 4750 W / 24V
= 197.9 A
Jadi
kapasitas BCR yang digunakan harus lebih besar dari 197,9
2.5.3.
Perhitungan
Kapasitas Inverter
Spesifikasi
inverter harus sesuai dengan Battery Charge Regulator (BCR) yang
digunakan. Berdasarkan tegangan sistem dan perhitungan BCR, maka
tegangan masuk (input) dari inverter 24 V DC. Tegangan keluaran (output)
dari inverter yang tersambung ke beban adalah 220 V AC. Arus yang
mengalir melewati inverter juga harus sesuai dengan arus yang melalui
BCR. Berdasarkan perhitungan kapasitas BCR, arus maksimal yang dapat
melewati BCR sebesar 197,9 ampere. Berarti kapasitas arus Inverter yang
digunakan harus lebih besar dari 197,9 ampere.
2.5.4.
Kapasitas
PLTS Terpasang
Modul
photovoltaik yang akan digunakan mempunyai spesifikasi sebagai
berikut:
Kapasitas
Daya
: 100 WP
Arus
Maksimum
: 6 Ampere
Tegangan
maksimum : 16,5 Volt
Karena kapasitas daya modul surya dibutuhkan
16800 W dan kapasitas daya 1 unit photovoltaik 100 WP dapat dibuat persamaan:
∑
m = kapasitas daya / kapasitas per unit
= 16800 /
100
= 168 unit.
Modul
surya terdiri dari 168 modul PV yang dihubungkan secara seri dan paralel, 2
modul dipasang secara seri, kemudian 84 kelompok seri dipasang dipasang
secara paralel. Array PV mempunyai Im = 504 A dan Vm = 33V yang setara dengan
daya keluaran (Pm) 16632 watt.
2.6. Perkembangan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia
Indonesia,
sebagai negara yang terletak di kawasan katulistiwa, memiliki potensi energi surya yang melimpah. Dengan matahar i yang bersinar sepanjang tahun,
diperkirakan energi surya dapat menghasilkan hingga 4.8
KWh/m2, atau setara dengan 112.000 GWp. Sayangnya pemanfaatan salah satu jenis energy terbarukan ini masih
belum maksimal. Indonesia baru mampu memanfaatkan sekitar 10 MWp.
Umumnya pemanfaatan energi
matahari melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya digunakan pada daerah
pedesaan dengan skala kecil yakni menggunakan Solar Home System (SHS). Solar
Home System adalah pembangkit listrik skala kecil yang dipasang secara
desentralisasi (satu rumah satu pembangkit). Listrik harian yang dihasilkannya
berkisar antara 150-300 Wp.
Sedangkan untuk untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Surya skala besar, jumlahnya masih sangat sedikit.
Dan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia yang telah beroperasi
tersebut hanya mampu memproduksi puluhan hingga ratusan kiloWattpeak
(kWp) listrik. Dua Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terbesar di Indonesia, yakni
di Karangasem dan Bangli (Bali) masing-masing kapasitasnya hanya 1 MW.
Diantara beberapa Pembangkit Listrik
Tenaga Surya di Indonesia tersentralisasi yang memiliki skala besar antara lain
adalah :
- PLTS di Kabupaten
Karangasem, Bali dengan kapasitas 1 MW.
- PLTS di Kabupaten
Bangli, Bali dengan kapasitas 1 MW.
- PLTS di Pulau Gili
Trawangan (NTB) berkapasitas 600 kWp.
- PLTS di Pulau Gili
Air (NTB) dengan kapasitas 160 kWp.
- PLTS di Pulau Gili
Meno (NTB) dengan kapasitas 60 kWp.
- PLTS di Pulau
Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan Lantung dengan total
kapasitas 900 kWp.
- PLTS Raijua
(Kabupaten Sabu Raijua, NTT) dengan kapasitas 150 kWp.
- PLTS Nule (Kab.
Alor, NTT) dengan kapasitas 250 kWp.
- PLTS Pura (Kab.
Alor, NTT) dengan kapasitas 175 kWp.
- PLTS Solor Barat
(Kab. Flores Timur, NTT) dengan kapasitas 275 kWp.
- PLTS Morotai (Maluku
Utara) dengan kapasitas 600 kWp.
- PLTS Kelang (Maluku)
dengan kapasitas 100 kWp.
- PLTS Pulau Tiga
(Maluku) dengan kapasitas 75 kWp.
- PLTS Banda Naira
(Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
- PLTS Pulau Panjang
(Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.
- PLTS Manawoka
(Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.
- PLTS Tioor (Maluku)
(Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
- PLTS
Kur (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.
- Kisar (Maluku)
dengan kapasitas 100 kWp.
- PLTS Wetar (Maluku)
dengan total kapasitas 100 kWp.
- PLTS Kabaena
(Sulawesi Tenggara) dengan kapasitas 200 kWp.
Indonesia, melalui Perusahaan Listrik
Negara (PLN) pun masih berusaha menambah jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Surya
di Indonesia. Baik menambah jumlah pembangkitnya maupun kapasitas listrik yang
dihasilkannya. PLTS-PLTS baru tersebut akan dibangun di pulau-pulau kecil
Indonesia.
Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dalam
kehidupan manusia. Peningkatan kebutuhan energi dapat merupakan indikator peningkatan kemakmuran, namun bersamaan dengan itu juga menimbulkan masalah
dalam
usaha penyediaannya. Oleh karena itu,
penyediaan sumber energi alternatif seperti
energi
surya melalui
pemanfaatan sel
fotovoltaik merupakan sebuah prospek yang menjanjikan untk dikembangkan
lebih
lanjut, mengingat pemakaian
primer minyak
bumi dan gas alam
masih merupakan sumber energi utama. Selain ramah lingkungan,
sumber energi
dari
matahari
tidak memerlukan perawatan khusus secara periodik, yang
selanjutnya akan mengurangi biaya produksi.
3.2 SARAN
Penggunaan energy surya sangat evektif untuk
menghemat
energi baik
didunia industry maupun rumah tangga, diIndonesia sangat potensial sekali untuk menerapkan
system PLTS untuk sumber energi karena hanya memiliki
2 musim tidak seperti
didaerah Jepang, Amerika dan Negara-Negara lainnya,
tapi
sebelum praktek/pengaplikasiannya terjun
kemasyarakat secara luas tentunya haruslah diberi pengarahan dulu kepada masyarakat
baik itu lewat media
cetak, social dll. Dengan adanya pengarahan diharapkan hal-hal yang tidak kita
inginkan terjadi, dan
mengurungkan
niat mereka untuk
mengenal teknologi dalam perkemangan dizaman modern
ini. Dengan demikian secara perlahan
dengan sudah
taunya keuntungan
dan penghematan yang dirasakan
secara perlahan mereka akan pindah
ke-energi
terbarukan PLTS.
http://alamendah.org/2014/12/08/pembangkit-listrik-tenaga-surya-di-indonesia/
http://renewable-solarcell.blogspot.com/2014/06/sistem-perhitungan-solar-cell.html
http://sanfordlegenda.blogspot.com/2013/10/Solar-cells-Jenis-jenis-sel-surya.html http://katalognatopringsewu.blogspot.com/2014/04/cara-menghitung-daya-tenaga-surya.html
http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=540:plts-plts&catid=129:plts-plts&Itemid=172 . http://www.amazine.co/27045/bagaimana-cara-kerja-panel-surya-kendala-kelemahannya/
https://tenagamatahari.wordpress.com/beranda/sejarah-solar-cell/
http://renewable-solarcell.blogspot.com/2014/06/sistem-perhitungan-solar-cell.html
http://sanfordlegenda.blogspot.com/2013/10/Solar-cells-Jenis-jenis-sel-surya.html http://katalognatopringsewu.blogspot.com/2014/04/cara-menghitung-daya-tenaga-surya.html
http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=540:plts-plts&catid=129:plts-plts&Itemid=172 . http://www.amazine.co/27045/bagaimana-cara-kerja-panel-surya-kendala-kelemahannya/
https://tenagamatahari.wordpress.com/beranda/sejarah-solar-cell/